Semoga suatu saat ‘Hari Anak’ musnah dari muka bumi selamanya (OPINI)

Ada banyak hari didedikasikan untuk anak-anak. Dari Hari Anak Nasional (23 Juli), Hari Anak Internasional (1 Juni), dan yang hari ini sedang jadi trending topic di Twitter, Hari Anak Universal atau Hari Anak Sedunia (20 November).

Semuanya tentu dimaksudkan untuk mengingatkan kembali masyarakat dunia soal hak-hak anak yang harus (belum) dipenuhi.

Selamat Hari Anak Sedunia! Ribuan orang dan akun organisasi baik swasta, LSM, atau pemerintahan mentweet sedemikian rupa.

Tapi apakah berarti ribuan orang juga yang peduli? Atau hanya dijadikan ajang eksis di media sosial?

Karena you know lah, apapun bisa trending dan viral di internet. Semoga yang pertama ya.

Yang jelas, tanpa perlu banyak penelitian kita juga tahu kalau masih banyak anak Indonesia yang tak mendapatkan haknya sebagai anak.

Sudah rahasia umum kalau dari zaman dulu, siapapun presidennya dan semanis apapun janji kampanyenya, banyak anak Indonesia yang masih kelaparan dan tak bersekolah.

Pada 2015 saja ada 2,5 juta anak putus sekolah. Menurut data Unicef, 600 ribu anak usia sekolah SD dan 1,9 juta anak usia SMP.

Kami yakin banyak yang peduli dengan masa depan anak-anak Indonesia. Mengentaskan kemiskinan dan kebodohan pastinya juga bukan tugas mudah bagi siapapun.

Tapi supaya tidak berlanjut jadi ajang eksis belaka di media sosial, boleh berkontribusi sesuai kemampuan dengan cara tempatnya masing-masing. Mungkin melalui Unicef adalah salah satunya.

Well, Hari Anak memang dibuat untuk mengingatkan. Tapi aneh rasanya mengucapkan “selamat” untuk anak-anak yang masa depannya belum tentu selamat.

Semoga tak ada lagi ucapan ‘Selamat Hari Anak’ di masa depan, karena saat itu anak-anak kita sudah tak ada lagi yang kelaparan dan putus sekolah.

Batok.co: Ragam cerita seru dari duniamu. Terkini dan terabsurd dari seluruh penjuru planet.