Warga tetap pilih kebanjiran daripada pindah ke rusun
Kampung Pulo saat banjir tahun lalu.
Rumah sendiri memang selalu terasa lebih baik. Walaupun kumuh dan rawan banjir? Ya, inilah Jakarta.
“Kalau boleh memilih, saya lebih pilih kebanjiran, saya lebih pilih rumah sendiri. Tapi kan kita gak ada pilihan. Mau gak mau, pindah,” Andri, salah satu warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur berkata pada Kompas saat mendaftar di rumah susun kemarin.
Ia adalah salah satu dari banyak warga bantaran sungai yang gak terlalu senang direlokasi ke Rusun Jatinegara Barat. Padahal ia mengaku kalau Ciliwung naik semeter saja, ia sudah kebanjiran. Nantinya ia akan menempati unit di lantai 6 rusun 16 lantai tersebut. Jauh banget kan dari tanah. Dijamin bebas banjir.
Selain gak suka tinggal di rusun, warga juga mempersoalkan tidak adanya ganti rugi bagi pembongkaran rumah. Apalagi mereka juga hanya digratiskan selama tiga bulan. Setelahnya iuran bulanan diberlakukan sebesar Rp 300 ribu per bulan.
Salah yang kelamaan gak dibetulkan lama-lama akan terasa benar. Dan ini adalah salah satu contohnya. Hidup ilegal di bantaran sungai yang akrab banjir dan gak sehat justru dianggap lebih baik daripada tinggal di tempat yang semestinya, bayar dengan harga murah dan bebas banjir.
Aneh gak?
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018“Ngapa lu loncat lontong!”