Tentara menyita mainan berlogo komunis setelah merazia pasar mainan anak di Yogyakarata

Salah satu mainan dengan simbol komunis, Commie Superman (bukan yang dijual di Yogyakarta). Foto: Infinite Hollywood.

Masyarakat Indonesia sangat sensitif dengan apapun yang berbau komunisme. Jadi saat ada toko mainan di Yogyakarta yang menjual produk bersimbol komunis kepada anak-anak, tentara segera turun tangan.

Selasa kemarin (3/11) aparat TNI Komando Distrik (Kodim) Bantul, Yogyakarta merazia pasar mainan anak di beberapa lokasi di Yogyakarta dan menemukan mainan dari China yang memiliki simbol komunis. Kodim pun akhirnya menyita 27 mainan tentara yang megang bendera Uni Soviet berwarna merah dengan gambar palu dan arit.

TNI tidak menangkap para penjual mainan, karena menurut Komandan Kodim Bantul, Letnan Kolonel Kavelri Tumadi, para penjual ini tidak bermaksud untuk mendoktrin anak-anak dengan komunisme. Penjual-penjual ini bahkan tidak paham apa itu komunisme dan Uni Soviet.

“Khawatirnya, lama-kelamaan simbolnya akan dianggap menarik oleh anak-anak. Jika seperti itu, akhirnya pahamnya masuk pula,”, kata Tumadi seperti yang dikutip Viva pada rabu kemarin (4/11)

Tumadi juga menghimbau kepada pemerintah agar lebih memperketat arus import mainan anak, khususnya dari negara komunis seperti China.

Komunisme masih menjadi topik yang tabu untuk didiskusikan di Indonesia. Baru-baru ini, penyelenggara acara Ubud Writers and Readers Festival di Bali terpaksa membatalkan acara diskusi soal pembunuhan masal di tahun 1965, karena adanya tekanan dari pemerintah dan pihak keamanan.

Pada rentang waktu tahun 1965 hingga 1966, lebih dari 500 ribu orang dibunuh karena dituduh sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemerintah Indonesia belum mengaku terlibat dalam catatan gelap sejarah Indonesia ini.