Pria di Tangsel cuma diusir setelah ngaku khilaf lecehkan anak-anak di kompleks perumahannya

Kami memang gak setuju dengan aksi main hakim sendiri terhadap pelaku kejahatan, tapi bukan berarti kita bisa membebaskan orang yang jelas-jelas bersalah. Apalagi kejahatannya itu melecehkan anak-anak seperti yang kabarnya dilakukan seorang pria di Tangerang Selatan.

Selasa malam kemarin, pria berinisial R yang tinggal di kawasan Bintaro Sektor 9, diinterogasi sama warga kompleksnya karena ada tuduhan si R ini melecehkan anak-anak di mesjid kompleks.

“Yang ngomong itu orang masjid sendiri. Awalnya kan dia melecehkan anak-anak di dalam masjid kompleks. Terus, diinvestigasi sama pengurus masjid. Nah, pas didatangi, beliau ngaku, kok. Bilangnya khilaf,” kata satu penghuni anonim seperti dikutip Kompas.

HARUSNYA, kalau pelaku udah ngaku gini ya langsung aja dibawa ke polisi untuk ditindak secara hukum. Tapi sayangnya bukan itu yang dilakukan para warga.

Menurut penghuni yang anonim itu, warga kompleks hanya minta R pindah dari perumahan itu dalam waktu satu bulan. Selain itu R juga harus tanda tangan surat perjanjian bermaterai supaya dia gak melecehkan anak lagi.

Menurut kami sanksi ini lemah banget. Apa iya surat perjanjian bisa bikin pedofil tobat? Apalagi ada waktu sebulan untuk si R ini bersiap-siap pindah, apa coba jaminannya dia gak malah menggunakan waktu sebulan itu untuk merencanakan aksi yang lebih parah demi memuaskan hasrat bejatnya? Terus bagaimana dengan anak-anak di lingkungan rumah baru R nanti? Apa iya harus sampai ada kasus pelecehan yang lebih parah dulu baru si R ini dibawa ke aparat?