Penasihat presiden bilang Indonesia harus contoh Filipina yang terapkan tembak di tempat bagi penjahat narkoba

Kami sempat curiga kalau Presiden Joko Widodo (Jokowi) kayaknya pingin dapat gelar “Punisher” kayak presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, yang gak ragu menembak mati bandar narkoba di tempat. Kecurigaan kami bertambah nih setelah kemarin penasihatnya Jokowi dengan gamblang bilang kalau Indonesia perlu mencontoh Duterte.

Kemarin, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), KH Hasyim Muzadi, ngomong ke wartawan kalau Indonesia perlu mencontoh Duterte dalam pemberantasan narkoba.

”Ketegasan presiden baru Filipina, Rodrigo Duterte, yang memimpin pemberantasan narkoba, menghukum mati ratusan bandar dan pengedarnya serta membersihkan aparat yang terlibat bisnis narkoba perlu menjadi contoh bagi Indonesia,” kata Hasyim seperti dikutip Antara kemarin.

Yup, orang yang dibicarakan Hasyim ini adalah orang yang saat pemilu kemarin di Filipina berjanji akan memberantas narkoba dengan membunuh puluhan ribu penjahat narkoba. Dan beneran semenjak Duterte terpilih Mei kemarin, sudah ratusan mayat terkapar di jalanan Filipina karena dugaan terlibat narkoba.

Aksi Duterte ini sebetulnya sudah dikecam sama dunia internasional, khususnya dari aktivis HAM, karena ia dinilai telah menciptakan situasi eksekusi mati tanpa adanya proses pengadilan di Filipina. Tapi seperti dilansir Aljazeera, Duterte malah bilang, “I don’t care about human rights.”

Yup, inilah orang yang penasihat presiden kita bilang harus diikuti. Hasyim bahkan mengapresiasi sikap Duterte yang menghiraukan kecaman dari negara-negara lain yang katanya hanya menggunakan HAM sebagi dalih.

Kira-kira Hasyim bakal tetap setuju gak ya sama gaya ‘langsung bunuh semua yang terlibat narkoba’ kalau ternyata di Indonesia yang terlibat penyelundupan narkoba justru petinggi polisi, militer, dan pejabat?