Wawancara The Rain: Kenapa lirik cemen jadi tren di Indonesia
“Ku tak bisa tidur nunggu telpon kamu… kamu kok cuek, padahal suamiku lagi tidur.”
Hmm, pernah kepikiran gak sih, belakangan ini banyak sekali karya musik yang liriknya cenderung terlalu gampang dicerna.
Ibaratnya, kalau di era 2000-an ada banyak penulis lirik berkiblat pada Kahlil Gibran, mereka kini lebih memilih untuk bertutur dengan lugas. Semua itu gak langsung jadi indikasi baru bahwa remaja sekarang sudah kurang minat pada hal-hal berbau sastra.
Ya, kami bukan musisi memang, jadi gak paham betul mengenai apa yang sebenarnya terjadi di industri musik.
Karena itu kami mencoba meminta pendapat kepada The Rain yang Desember 2016 kemarin baru ngerayain ulangtahun ke-15. Band asal Yogyakarta ini kebetulan pernah menjadi saksi akan tren tersebut.
Berikut obrolan santai yang kami lakukan dengan Indra (vokal), Iwan (gitar), Ipul (bass), dan Aang (drum) di sebuah studio di kawasan Senayan, Jakarta:
Guys, kerasa gak kalau belakangan banyak lagu dengan lirik-lirik yang terlalu harfiah?
Indra: Iya sih, bisa jadi itu dari pengaruh musik yang ada di Billboard Top 40 sekarang. Karena sebagian besar liriknya memang begitu, harfiah, literally gitu. Tapi di negeri kita ada sebagian yang tetap puitis kok. Kayak Tulus contohnya.
Tulus, Penyanyi Tulus?
Indra: Iya, dan sebenarnya ada kemiripan antara Tulus dengan The Rain. Kalau biasanya beberapa musisi bikin lirik dari kata yang sedang populer kayak ‘Mungkin Dia Lelah’ dan lain-lain, kami justru mencoba mempopulerkan istilah-istilah yang belum akrab seperti ‘Terlatih Patah Hati’ dan ‘Penawar Letih.’ Kami ingin bikin gimana caranya kalimat-kalimat itu bisa populer.
Hasilnya bagaimana?
Indra: Sekarang lumayan nih, kalau kita buka di social media, ada yang pake kalimat itu (tersenyum kecil).
Nah, kembali ke lirik tadi, kira-kira faktor apa sih yang bikin musisi tertarik untuk bikin lirik-lirik yang gampang dicerna?
Ipul: Mungkin gini ya, kalau di zaman sekarang, karya itu kayak dibombardir, udah gak dipilih-pilih lagi seperti dulu. Jadi anak-anak sekarang gak perlu harus mikir atau nyiapin waktu buat dengerin. Itu mungkin yang jadi pemicu. Ibaratnya saat gak sengaja dengar di jalan pun mereka bisa langsung ngerti isi lagunya soal apa.
Apakah tren kayak gini bakal terus berlanjut?
Iwan: 4-6 tahun lalu adalah puncak-puncaknya lagu dengan lirik seperti itu. Orang seperti berlomba-lomba bikin lirik yang cheesy. Mereka bilang, ‘ini racun nih.’ Padahal racunnya bener-bener yang kayak gitu, beneran Keong Racun, literally. Istilahnya, ‘Semakin menggelikan semakin jadi pembicaraan.’
Nah, sekarang udah gak nih, trennya udah mulai kegeser, dan ini saat yang tepat untuk membudidayakan lirik-lirik yang bagus lagi.
Pas lirik cheesy tengah tren, kalian sempat kepikiran untuk ikutan gak?
Iwan: Gak, bahkan terpanggil juga gak sih, dan memang gak bisa.
Aang: Tepatnya sih gak tega. Berani tapi gak tega (tertawa).
Sedikit informasi, The Rain baru saja merilis album keenam bertajuk ‘Jabat Erat’. Album ini memuat 11 karya dengan proses pembuatan yang mencapai 3,5 tahun.
“Buat kami ini album yang paling membanggakan. Bukan berarti yang kemarin gak, tapi karena album ini paling berdarah-darah,” pungkas Indra diamini tiga sahabatnya.
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018“Ngapa lu loncat lontong!”