Fundamentalisme agama bisa disebabkan oleh kerusakan otak: Penelitian
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Jordan Grafman dari Northwestern University, Amerika Serikat mengatakan kalau keyakinan beragama seseorang diatur oleh bagian tertentu otaknya. Kemungkinan seseorang bisa menjadi fundamentalis akan meningkat bila bagian itu rusak.
Lesi (luka/kerusakan) pada korteks prefrontal ventromedial dapat mengurangi fleksibilitas kognitif atau kemampuan kita untuk berpikir dan mempertanyakan kebenaran dari apa yang kita yakini.
Dalam penelitian berjudul Biological and cognitive underpinnings of religious fundamentalism, Jordan Grafman dkk menggunakan data para veteran perang Vietnam yang memiliki dan tidak memiliki cidera di kepala.
Mereka membandingkan tingkat fundamentalisme beragama 199 veteran yang memiliki lesi dengan 30 orang yang tidak. Hasilnya, mereka yang memiliki lesi cenderung lebih fundamentalis dari yang tidak.
Meski begitu, para peneliti dengan tegas mengatakan kalau hal ini bukan berarti bahwa mereka menganggap orang-orang religius memiliki kerusakan di otaknya. Menurut mereka, masih banyak hal yang mempengaruhi keyakinan seseorang.
“Keyakinan telah membentuk perilaku kita selama ribuan tahun dan membantu membentuk perkembangan dan kecanggihan otak kita,” kata Jordan Grafman kepada Psypost.
“Sistem kepercayaan semacam itu bergantung pada aspek lain dari proses kognitif dan sosial kita dan interaksi tersebut penting untuk dipahami. Misalnya, bagaimana keterbukaan dalam kepribadian Anda mempengaruhi cara Anda bersikap dan bertindak berdasarkan keyakinan Anda?”
Kamu bisa mengakses penelitian tersebut di sini.
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018āNgapa lu loncat lontong!ā