Pengakuan anak punk yang ‘dicuci otaknya’ oleh dangdut koplo usai pindah ke Jogja
Dari Green Day ke Via Vallen, apa dayaku...
Ternyata dangdut koplo memiliki pesonanya sendiri. Pemikiran itu muncul setelah hampir sebulan lebih dijejali musik dangdut.
Ketika meninggalkan Jakarta dan pindah ke Jogja, sama sekali tidak terbersit di pikiran kalau musik dangdut akan menjadi pengisi di setiap harinya. Tapi tidak banyak yang bisa kamu lakukan saat tetangga sekitar ternyata merupakan fans berat musik dangdut.
Koleksi CD punk rasanya tidak berdaya menghadapi serangan musik dangdut dari berbagai penjuru arah. Lengkap dengan speaker super besar yang biasa kamu temukan di panggung-panggung hajatan.
Lantunan dangdut dari tape tetangga selalu berhasil mengagetkan saya. Entah itu saat sedang terlelap di pukul 06:00 pagi, sedang main game, atau bahkan ketika sedang merenung di kamar mandi.
Yang pasti, sebagai anak yang suka dengan musik punk, pastinya akan ada keresahan tersendiri tatkala kamu lebih sering mendengarkan musik dangdut ketimbang genre favoritmu sendiri. Apalagi saat kamu mulai membiarkan liriknya masuk dan memasang panggung di kepala kamu.
Well, saya tidak mengerti konsep ikan laut yang tidak ikut asin meski hidup di air yang kadar garamnya tinggi. Tapi kayaknya istilah itu memang tidak berlaku buat saya.
Terkadang, saat sedang mengerjakan tugas di depan laptop, sepuluh jari ini tidak sengaja mengetik serpihan lirik dangdut yang terngiang di kepala. Penasaran rasanya, siapakah gerangan biduan yang bernyanyi begitu merdu pagi tadi.
Alhasil, pelan-pelan saya mulai mengenal suara-suara yang bergantian bernyanyi bak radio tanpa penyiar. Oh ini si A dari orkes si A, oh ini si B dari orkes si B. Dan begitu seterusnya.
Sejak saat itu, musik dangdut tidak lagi terasa terlalu mengganggu. Tapi lebih seperti tetangga ramah yang terlalu keranjingan menyapa. Tabuhan kendang dan teriakan “ha’e-hokya” juga kadang jadi penyemangat untuk bergegas bangun dan melanjutkan kegiatan yang tertunda di hari itu.
Ketika santai, saya mencoba nyari dimana letak enaknya dangdut koplo. Apakah di ketukannya, liriknya yang penuh humor dan merakyat, atau faktor-faktor lainnya.
Jawabannya mirip ungkapan dalam Bahasa Jawa “witing tresno jalaran soko kulino.” Sungguh, kamu pun akan suka dangdut jika mau (dipaksa) mendengarnya sedikit lebih lama.
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018“Ngapa lu loncat lontong!”