Wawancara aktor laga Singapura Sunny Pang: Tentang ‘Buffalo Boys’, karier, dan industri laga di Tanah Air

Pemeran 'Ayah dari Neraka', Lee rupanya punya mimpi yang belum tercapai.

March 23, 2018
7873 Views
Sunny Pang di film Headshot
Sunny Pang di film Headshot

Sejak film laga Indonesia ‘Headshot’ mendapat sorotan di hampir seluruh dunia, banyak yang mulai memperhitungkan reputasi aktor asal Singapura, Sunny Pang selaku pemeran tokoh Lee, ‘Ayah Dari Neraka’.

Berbagai judul pun mulai banyak menghampiri. Termasuk dua film laga nasional ‘The Night Come For Us’ dan ‘Buffalo Boys’ yang akan segera dirilis dalam waktu dekat ini.

Sunny Pang di film Headshot

Sunny Pang di film Headshot

Belum lama ini, saya berkesempatan untuk mewawancarai Sunny Pang di sela-sela kesibukannya.

Dan berikut sepenggal pemikirannya tentang karier, industri laga di Asia, serta visinya pada 10 tahun mendatang.

Hal tergila apa yang bisa Anda share soal Buffalo Boys?

Sebuah kota koboi yang bersetting di Asia, wanita seksi, Mexican standoff, adu pedang, dan tembakan pistol. It’s going to be a ride!.

Dengan pencapaian yang didapat sekarang, puaskah Anda dengan predikat sebagai bintang laga? Atau masih ada goals lain yang ingin dicapai?

Well, adalah sebuah kehormatan bagi saya untuk disebut sebagai bintang laga. Tapi saya sebenarnya lebih suka dikenal karena kemampuan saya berakting.

Goals saya saat ini adalah memiliki film sendiri. Saya rasa hal itu masih jauh tapi saya belum terpikir untuk menyerah.

Saya melihat beberapa fight scene yang Anda lakukan di beberapa film Asia seperti ‘Last Supper’, ‘The Collector’, dsb. Kalau boleh tahu, keahlian martial art apa saja yang Anda miliki? Dan berapa lama mempelajarinya?

Ketika masih menjalani masa wajib militer di Singapura, saya sempat dilatih boxing, tapi tidak terlalu baik dalam hal itu.

Selebihnya saya mempelajari shan shou, seni martial art tradisional dari China, dan beberapa senjata seperti tongkat panjang dan broadsword, namun sekarang saya sudah benar-benar lupa cara memainkannya. (tertawa)

Saya mempelajari itu selama hampir 6-8 tahun, hingga pada akhirnya saya lebih fokus kepada seni bela diri yang lebih mencolok serta sisi pertahanan yang cenderung pada kepraktisan.

Saya juga memiliki sedikit pengerahuan mengenai muay thai, pertarungan pisau, tongkat, namun tidak lengkap.

Sebenarnya saya sangat menyukai pedang-pedang Jepang seperti ‘Tenshin Shoden Katori Shinto-ryu’, tapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk mempelajarinya, mungkin saya harus mengimpornya. (tertawa)

Sunny Pang di film Diamond Dogs

Sunny Pang di film Diamond Dogs

Selama menjadi stuntman hingga aktor laga, cedera paling parah seperti apa yang pernah Anda alami?

Saat itu kami sedang syuting adegan pertarungan di film ‘The Collector’ di tahun 2012. Saya melakukan ‘arm bar’ dan saya terbanting ke tanah dengan sangat keras.

Pada sesi ke-2, punggung saya bergeser entah bagaimana dan saya tidak bisa bangkit karena masih linglung gara-gara bantingan tadi. Akhirnya setelah beristirahat selama 20 menit, saya kembali menyelesaikan adegan itu, dan kami benar-benar kehabisan waktu.

Kalau cedera yang paling parah, dislokasi bahu kanan saya selama adegan perkelahian; retak di tulang rusuk setelah ditabrak sebuah van untuk sebuah adegan aksi; mendarat dengan lutut kanan saat melakukan akrobat menggunakan kawat; dan hampir meninggal dua kali selama produksi TV 90an! Seseorang pasti sangat mencintai saya. (tertawa)

Sunny Pang di film The Collector

Sunny Pang di film The Collector

Bagaimana menurut Anda kondisi industri film laga di Asia saat ini, terutama di Indonesia dan Singapura. Seperti apa dunia luar melihat kita?

Saya pikir, Indonesia adalah tempat yang tepat untuk membuat film action karena keberhasilan ‘The Raid’ telah memberikan dampak yang besar serta pemikiran baru mengenai apa yang bisa ditawarkan negara-negara Asia kepada industri film laga. Sebuah teknik yang ‘gritty’, ‘raw’, dan nyaris terlihat seperti pertarungan sungguhan di layar.

Selera pemirsa juga telah berubah dalam beberapa tahun ini, jadi kita harus terus berubah untuk bisa memenuhi ekspektasi mereka. Meski pada dasarnya selera penonton berbeda-beda.

Untuk negara lain, Thailand bagus. Begitu pun dengan film laga Korea. Mereka benar-benar bagus saat sudah berurusan dengan storytelling dan action.

Kalau untuk Singapura, well, kita lihat nanti, saya dan tim kami sedang berusaha.

Dari sudut pandang Anda, film laga yang bagus itu seperti apa?

Bagi saya, sebuah film action yang bagus terletak pada bagian cerita. Script adalah yang utama, action adalah sekunder untuk mendukung konflik dan membuat penonton merasakan dampak dari keseluruhan perjalanan ini.

Saya rasa itu akan membuat penonton mendapat kesan mendalam tentang apa yang baru saja mereka menonton. Tapi seperti yang saya bilang tadi, selera penonton tidak sama. Terkadang ada baiknya juga membuat sebuah film dengan cerita sederhana yang tidak memerlukan pemikiran apapun.

Lalu bagaimana para pelaku film bisa memberikannya?

Untuk bagian ini, tergantung investor dan sutradara. Semuanya bermuara pada bisnis, apakah mau mengambil risiko atau tidak.

Terkadang, sutradara mungkin ingin memakai aktor yang memiliki kharisma serta kemampuan dalam keterampilan bela diri, namun para investor bisa jadi memiliki pemikiran yang berbeda mengenai hal itu.

Bisnis film adalah bisnis beresiko tinggi, namun selalu ada beberapa cara untuk membuat film laga yang bagus.

Dengan formula dan konsep bagus yang tepat, sebuah film bisa menjadi baik. meski semua itu memaksa kita ‘meretakkan sel-sel otak’ untuk bisa menciptakan sesuatu yang baru.

Hal seperti itu sangat sulit belakangan ini. Bahkan meski anda sudah berhasil memiliki konsep yang baik, bukanlah hal mudah untuk mendapatkan pendanaan.

Saya pun merasakannya, meski dalam kasus saya, sepertinya hanya soal keberuntungan saja. (tertawa) Dan saya belum mau menyerah.

Kalau misal Anda bermain dalam film non-action, kira-kira peran seperti apa yang ingin Anda mainkan?

Yang pasti bukan di film ‘Romeo dan Juliet’ (tertawa). Tapi saya tertarik menjadi ‘Hannibal Lecter’, ‘Scarface’, dan peran-peran menantang lainnya.

Sunny Pang dan para pemain film Headshot

Sunny Pang dan para pemain film Headshot

Terakhir, bagaimana Anda melihat diri anda 10 tahun lagi?

Saya berharap bisa menyelesaikan proyek impian saya dan duduk di belakang kursi, menyutradarai beberapa murid saya di sebuah film laga.

Sebenarnya saya ingin menjawab ‘bekerja atau membintangi sebuah proyek di Hollywood.’ tapi ya, yang namanya mimpi itu memang indah, cuma kenyataannya….. Hahaha

Yang ada anda akan mendapat tamparan di wajah karena terlalu banyak melamun. (Tertawa)


Batok.co: Berita musik dan gaya hidup terkini.

Film, Interview

Share your thoughts

You may be interested

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Viral
0 shares26622 views
Viral
0 shares26622 views

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian

Batok.co - Nov 30, 2018

Selamat jalan Stephen Hillenburg.

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Viral
0 shares7374 views
Viral
0 shares7374 views

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)

Batok.co - Nov 29, 2018

“Ngapa lu loncat lontong!”