Bila tanpa bir dan teman rasanya The Chainsmokers cukup didengarkan lewat aplikasi (review konser)

Ulasan konser duo Andrew Taggart dan Alex Pall 'The Chainsmokers' yang cukup timpang dengan apa yang telah mereka raih.

April 3, 2018
1031 Views
The Chainsmokers (Foto: Third Eye Management (TEM))

Teman-teman, bir, smartphone, dan sing along bisa jadi empat hal yang terus-terusan terangkum sepanjang satu setengah jam konser The Chainsmokers, Jakarta di JIEXPO, Kemayoran Sabtu, 30 Maret lalu. Keempatnya seakan jadi kombinasi tepat untuk menikmati duo yang terdiri dari Andrew Taggart dan Alex Pall itu.

Smartphone? Iya, Setidaknya smartphone selalu muncul buat merekam aksi The Chainsmokers bawain lagu-lagu hits mereka. Ribuan penonton seperti nggak ingin kelewatan untuk mengabadikan momen melihat langsung The Chainsmokers.

Maklum, ini adalah kedatangan pertama Andrew dan Alex di Indonesia sejak sukses merajai chart Billboard dan mengantongi piala Grammy 2017 lalu. Penghargaan tersebut diraih untuk kategori Best Dance Recording di lagu “Don’t Let Me Down” featuring Daya. Well, ibarat kata, mereka naik kelas setelah kedatangan terakhir mereka di gelaran Electro Run Jakarta pada 2015 lalu.

Keriuhan konser The Chainsmokers (Foto: Third Eye Management (TEM))

Total ada 15.000 pasang mata hadir menyaksikan The Chainsmokers Sabtu kemarin. Membuka konser dengan potongan intro single bertema politik “Sick Boy”, Andrew dan Alex naik ke atas panggung tepat di pukul sepuluh malam.

“Halo Jakarta! Angkat tangan kalian! Kami The Chainsmokers, senang bisa kembali,” ujar Alex dari atas panggung. Lantas, duo asal New york ini langsung melanjutkan dengan single terbaru “Everybody Hates Me”

Keriuhan konser The Chainsmokers (Foto: Third Eye Management (TEM))

Namanya juga konser musik EDM. Cukup sulit untuk menentukan jeda antara satu lagu dengan lagu selanjutnya. Deretan hits terus diputar seperti “Inside Me”, “All We Know”, “Roses”, “Paris”, “Something Just Like this” hingga “Don’t Let Me Down”.

Dalam 90 menit, beberapa kali keduanya menyisipkan lagu-lagu hits musisi lain macam “Love Your Self” milik Justin Bieber, “Zombie” dari The Cranberries, “When We Were Young” dari the Killers, sampai “We Will Rock You” milik Queen. Tentu, lagu-lagu itu dibawakan untuk menciptakan koor massal.

Sayangnya, usaha menciptakan koor massal ini nggak diimbangi dengan kemampuan setengah dari The Chainsmokers dalam berolah vokal. Untuk ukuran performers peraih Grammy, vokal Andrew masih terasa sumbang di lagu-lagu “Everybody Hates Me”, “Sick Boy”, dan “Paris”.

The Chainsmokers (Foto: Third Eye Management (TEM))

Bahkan saat bagian akhir “Bloodstream” dibawakan tanpa iringan musik, vokal Andrew makin terdengar jelas sumbang. Beruntung Andrew punya Alex yang cukup pandai menyamarkan suara sumbang rekannya dengan ragam efek vokal.

Sejauh ini, The Chainsmokers masih enak untuk didengarkan dan disaksikan jika bersama teman-teman dan bir yang menemani. Jika nggak ada keduanya, saya merekomendasikan dengarkan duo ini di aplikasi music streamingmu saja.


Batok.co: Berita musik dan gaya hidup terkini.

Share your thoughts

You may be interested

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Viral
0 shares26533 views
Viral
0 shares26533 views

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian

Batok.co - Nov 30, 2018

Selamat jalan Stephen Hillenburg.

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Viral
0 shares7328 views
Viral
0 shares7328 views

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)

Batok.co - Nov 29, 2018

“Ngapa lu loncat lontong!”