KATA MEREKA: Soal stereotype bule doyan seks bebas serta realita hubungan intim di Indonesia (Versi lelaki Indonesia)
Mungkin pernah dengar di Indonesia ada stereotype bahwa orang bule, atau orang-orang dari negara barat, doyan āfree sex.ā Pacaran dan belum menikah bebas dan gampang gitu buat make love (ML), hingga one night stand sama orang baru kenal.
Di dunia barat juga konon mau ngapain dimana saja selama dewasa dan tempat sendiri ya terserah itu privasi. Dan tak seperti di barat, di sini karena menganut budaya ketimuran dan lebih religius, hal semacam itu jadi tabu. Jangankan bercinta, berduaan di kamar kos atau rumah saja bisa jadi masalah.
Macam yang kita baca di berita. Dari apes kena razia aparat, hingga diarak keliling kampung. Ada juga berita kalau kamu masih ingat, soal polwan ngintip kosan dalam rangka razia gay.
Tapi benarkah mutlak seperti itu? Di luar lebih bebas dan di Indonesia sebaliknya?
Coba simak komentar, pengakuan dan pendapat banyak sisi, dari orang-orang berikut. Pastinya sangat subyektif, tapi mungkin bisa sedikit memberikan tambahan perspektif:
(Identitas sebagian narasumber yang Batok.co wawancarai langsung serta sejumlah detail ucapan sengaja disamarkan atas permintaan demi melindungi privasi)
Deny Adi Prabowo, lelaki 28 tahun dari Cirebon, sedang menyelesaikan masternya di Messina, Italia:
11-12 menurut gue, di Indonesia juga banyak yang free sex kok, ya cuma kita nutup mata aja sama realita itu. Anggapan bule doyan free sex itu menurut gue konstruksi dari film film porno. Banyak yang low sex drive juga, tergantung orangnya. Cuma di sini (Italia) emang menjunjung pilihan “my body my choice.” Lu mau ML sama banyak orang ya terserah, selama semua pihak consent. Dan lu gak melakukannya di ruang publik.
Di daerah gue sendiri, kebanyakan orang pacaran dari zaman SMP dan mereka bertahan sampai sekarang. Gak bisa bohong lah kalau di rentang waktu hubungan selama itu gak kegoda. Di sini gue juga punya teman cewek Italia yang milih abstain from having sex sebelum nikah, jadi balik ke masing-masing.
Ngomong soal pacaran Indonesia, menurut gue mungkin sekitar 70-80 persen pasti udah ML sebelum nikah. Gue pas di Jakarta punya teman kos yang tinggal sama ceweknya dan gue gak masalah karena itu ya urusan mereka. Soal gerebek menggerebek, temen gue itu pernah kena gerebek, temen ceweknya itu ngumpet di WC, hahahah.
Kalau gerebek menggerebek itu tindakan yang “nosey.ā Contohnya lu tinggal di kosan, terus lu dengerin musik sampe ngeganggu sekitar lu, warga sekitar berhak komplain dan ngegerebek lu. Nosey itu sebenarnya gak apa-apa selama dalam batas kewajaran. Tapi menurut gue, gerebek-menggerebek karena dua orang bersenggama udah masuk ranah privasi.
Dan menurut gue, anggapan bahwa bule doyan free sex itu dari kurangnya percakapan kita sama orangtua soal sex. Karena penasaran, kita cari apa itu seks, nyangkut di situs bokep, terbentuklah “bule doyan free sex.” Pembicaraan soal seks sendiri masih sangat tabu di Indonesia.
D, musisi yang hobi perawatan ke salon, lelaki 30 tahunan, sempat melalang buana kini menetap di Jawa Tengah:
Kalau di Indonesia ML, yah, merasa kayak melakukan hal yang buruk banget dan harus diam-diam banget jangan sampai ada yang curiga.
Bahkan walau sama pacar sendiri. Pas gue masih tinggal bareng, hampir tiap hari gue ngecekin kegiatan di kantor polisi setempat.
Bebas semua (kosan di daerah dia), cuma beberapa kena gerebek. Biasanya yang mahal-mahal.
G, karyawan swasta di Jakarta, lelaki 30 tahunan, sempat kuliah di Belanda:
Di sana itu kalau pacaran gak ML namanya bukan pacaran tapi sekedar teman biasa aja. Jadi di sana orang pacaran itu memang kudu wajib ML layaknya suami istri.
Tapi memang selama gue di sana sih belum pernah mergokin orang ML di sembarang tempat. Biasanya sih mereka memang lebih biasa melakukan di tempat tertutup seperti di kamar flat, apartemen atau hotel.
Ada juga sih yang sesekali ngelakuin di toilet tapi jarang banget.
F, manager perusahaan, lelaki 30-40 tahunan di Jakarta:
Kadang secara visual, misalnya ada seorang perempuan berpakaian tertutup, kita gak bakal nyangka ternyata dia tinggal bareng sama cowoknya ngekos dan rajin berhubungan. Kebetulan di kampus gue dulu mayoritas perempuan pakai hijab.
Ada lagi teman dapat pacar orang Jerman, lagi kuliah di Bandung. Gue sama teman-teman suka nanya udah ML belum. Intinya kita suka meledek lah, karena kita tahu banget dia super takut buat ML. Background agama dari keluarganya juga cukup kuat.
Dan dia jawab, ya cium-cium doang lah. Sebagai orang yang cukup dekat dengan dia, gue lumayan percaya. Ditambah lagi gue tahu akhirnya kapan dia pertama ML dan dengan siapa. Haha. Justru bukan dengan bule.
Ini contoh kasus lagi gue dulu di kampus. Yang ke kampus dengan baju kelihatan lekuk tubuh, eh ternyata jauh dari bayangan free sex. Tapi ternyata yang tertutup malah tinggal sekamar kos dengan pacarnya. Dan doyan ML gue pernah ngintip di kosan teman, hahaha.
Tapi secara general, gue rasa secara prosentase bicara seks bebas pra-nikah angkanya pasti kecil. Anggaplah satu kelas kuliah dulu gue 80 orang. Paling 5% yang sudah melakukannya. Baik sekali aja, atau emang doyan. Dan rata-rata dilakukan di kosan.
Jadi dulu gue numpang ngekos di kosan teman di belakang kampus. Itu satu kampung ya kosan semua. Misal ada 100 rumah jadi kosan, itu ada kira-kira ada 5-10 kosan yang bebas. Bebas ini dalam arti pemilik kos gak tinggal di situ.
Buat mereka yang tinggal sekos itu biasanya memang kosannya bebas alias ibu/bapak kost gak tinggal disitu. Sekitaran juga kosan semua. Jadi ya lingkungan tahu sama tahu.
Ya jangan goblok aja teriak-teriak pas ML. Hahaha. Plus ya kita tahu lah jam yang tepat kapan.
N, jurnalis, lelaki 30 tahun, menghabiskan hidupnya di seantero planet sampai lulus kuliah sebelum pulang ke Tanah Air:
Banyak juga lingkungan bule yang gak terbuka soal seks. Kita dari kota besar di Indonesia juga gak ada yang diarak.
Jangan pukul rata kalau bule itu gampang ngeseks dan ngeseks melulu. Sama kayak kita juga, banyak tradisi dan ajaran agama mereka yang melarang. Kita ada yang gitu ada yang gak. Mereka ada yang gitu ada yang gak.
Penggerebekan sampai diarak keliling kampung itu kasus ekstrim. Jangan anggap semuanya terbuka di Barat.
Terus gimana dengan ratusan/ribuan orang-orang Indonesia Indonesia ngeseks di kosan tanpa digerebek? Gak dibilang gampang juga?
Tergantung kosan nya. Semua tergantung orang dan situasinya. Banyak juga gue lihat kosan yang bebas.
Gue pernah di kosan kalau ada yang mau nginap tinggal setor 50 ribu ke satpam kos. Kayak semacam aturan gak tertulis. Dan sering aja dengar desahan.
Tapi itu semua kata mereka, kalau menurut kalian bagaimana?
Baca juga:
Batok.co: Berita musik dan gaya hidup terkini.
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018āNgapa lu loncat lontong!ā