Tragedi anak SD tenggelam di kolam renang
Pada April 2015, seorang anak sekolah dasar (SD), Bayu Perdana, meninggal di kolam renang umum di daerah Jawa Timur. Si anak diduga menyelinap kembali ke kolam khusus dewasa, saat orangtua dan gurunya lengah. Bayu kemudian ditemukan di dasar kolam sudah tak bernyawa. Saat diangkat dari kolam, mulut dan hidung Bayu mengeluarkan busa.
Juni 2015, anak SD kelas III di Bekasi tenggelam saat sekolah melakukan unit kegiatan kelas (UKK) praktek mata pelajaran renang. Pada akhir sesi praktek, satu bocah, Johansen Pandapotan, tidak menyahut saat guru mengabsen namanya. Johansen akhirnya ditemukan dengan kondisi tidak bernyawa di kolam yang tidak terlalu dalam.
Baru-baru ini tragedi anak SD meninggal di kolam renang terjadi lagi. Dan kali ini di dekat kita, di daerah Kembangan, Jakarta Barat.
Gabriella Sheril sempat tidak terpantau saat sekolahnya sedang melakukan kegiatan mengambil nilai olahraga renang. Baru saat teman-teman Gabriella menjerit minta tolong, pihak sekolah sadar bahwa siswa kelas tiganya tenggelam. Pihak sekolah mengaku langsung seketika itu juga menolong Gabriella dan membawanya ke rumah sakit. Namun gadis berusia 8 tahun itu tidak selamat.
Polres Metro Jakarta Barat telah memeriksa lima saksi yang terdiri dari anggota keluarga, guru yang mendampingi Gabriella serta teman-temannya saat pengambilan nilai. Setelah mendapatkan keterangan saksi, polisi mencurigai bahwa ada unsur kelalaian dalam kejadian ini.
“Itu pasti ada unsur kelalaian sekolah. Tapi kami masih mendalami keterangan saksi-saksi sampai nanti mengerucut siapa tersangkanya,” jelas Taufik Iksan, Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Barat, kepada kompas pada jumat (18/09).
Tiga kejadian ini mengingatkan kita pentingnya pengawasan terhadap anak saat di kolam renang. Jangankan bagi anak-anak, orang dewasa saja masih ada yang sulit untuk menahan diri saat melihat kolam renang.
Bukan berarti kita justru melarang anak kita belajar, atau menjadi lebih galak saat mengajari anak berenang. Tapi kita perlu ajarkan ke mereka bahwa kolam air itu adalah sebuah wadah untuk melatih keterampilan bertahan hidup di air. Bukan tempat untuk bermain-main.
Teknik safety di kolam renang memang diajarkan di sekolah atau tempat les renang, tapi mindset bahwa aktifitas renang itu sebuah pembelajaran tentang keselamatan perlu terus kita tanamkan ke diri sendiri dan anak kita.
Kita tidak bisa lagi mengabaikan hal-hal penting yang sering kita anggap remeh seperti pemanasan dan perenggangan sebelum berenang, tidak berlarian di sisi kolam, dan melompat dengan teknik yang benar.
Percayalah, kerennya lompat salto ke kolam renang itu gak sebanding dengan kemungkinan akhir kepala dihiasi jahitan.
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018“Ngapa lu loncat lontong!”