​Tiga sisi lain kretek di Indonesia

February 27, 2018
1077 Views

Museum Kretek Kudus di Kecamatan Jati-Kudus, Jawa Tengah yang dibangun para pengusaha rokok pada tahun 1985. Foto: Museum Kretek Kudus

Kretek di Indonesia bukan hanya dipandang sebagai rokok. Bahkan ada sebuah komunitas di Jakarta yang terbentuk khusus untuk merayakan Kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Tanggal 3 Oktober pun dijadikan sebagai Hari Kretek Nasional.  

Akhir September kemarin terjadi kontroversi soal penyelundupan pasal kretek di RUU Kebudayaan yang sedang digodok Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia. Alasan dari pihak yang pro senada dengan komunitas kretek, bahwa kretek adalah produk rokok unik. Campuran tembakau, cengkeh dan saus menjadi ciri khas tersendiri dari segi rasa dan juga aroma. Penting bagi Indonesia mengklaim bahwa racikan itu milik Indonesia. Kalau Kuba dengan cerutunya, maka Indonesia dengan kreteknya.

Tapi kalau udah ngomong soal rokok, gak akan lepas dari isu kesehatan. Rokok yang dipercaya menjadi penyebab utama kanker paru-paru, telah melahirkan gerakan anti rokok di dunia. Bahkan World Health Organization (WHO) milik PBB menyatakan bahwa rokok adalah sebuah epidemi dunia karena dampak mematikannya.

Kita tahu bahwa untuk memusnahkan rokok, apalagi rokok kretek, di Indonesia tidak semudah posting di Facebook.
Kenapa? Ini beberapa alasannya:
 

Simbol kekayaan negara

Cengkeh adalah salah satu rempah yang menjadi sasaran penjajah Belanda. Perusahaan multinasional pertama di dunia, Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC), memonopoli perdagangan cengkeh dunia dengan menjajah pulau kaya rempah, Indonesia.

Selain itu, Inggris juga pernah mendatangi Indonesia karena tertarik dengan tembakau dan cengkeh Indonesia. Sejarah ini sering diceritakan lewat kisah Haji Agus Salim, yang terus merokok kretek saat penobatan Ratu Elizabeth II di Buckingham Palace pada 1953.

Dikisahkan oleh anak ketiga Agus Salim, Violet Hanifah (Jojet), kalau Paatje (panggilan Jojet ke Agus Salim) pernah mengatakan ke Pangeran Phillip muda, bahwa rempah-rempah yang ada di dalam rokok kretek adalah alasan kenapa Inggris mendatangi Indonesia di abad 18.
 

Fantastisnya jumlah perokok di Indonesia

Riset Dasar Kesehatan pada tahun 2013 merilis data bahwa jumlah perokok di Indonesia itu mencapai lebih dari 58 juta orang. Jumlah ini 10 kali lipat dari seluruh penduduk Singapura di tahun itu (buset, jangan-jangan Indonesia gak pernah betul-betul kirim udara bersih ke Singapura).

Deutsche Welle juga pernah membuat chart negara-negara mana saja yang menjadi surga bagi para perokok. Sebetulnya Indonesia masuk di urutan ke-11 di bawah Korea Selatan dan Kazakhstan. Tapi WHO menilai bahwa konsumsi rokok Indonesia akan berbeda dengan negara lain yang konsumsi rokoknya diprediksi menurun setiap tahun. Kalau di Indonesia konsumsi rokok justru terus meningkat dengan prediksi di tahun 2025 (10 tahun lagi ) perokok di Indonesia akan mencapai 90 juta orang.
 

Industri rokok

Melihat jumlah konsumen potensial yang sefantastis 90 juta orang, pengusaha mana yang gak tergiur. Itu kalau sekarang tuh sama aja kayak ada 90 juta viewers di video youtube yang kita buat!

Ternyata yang tergiur bukan hanya pengusaha, pemerintah juga. Pendapatan negara dari sektor cukai pada 2014 masih mayoritas dari produk tembakau. Ini dikarenakan tingginya volume produksi rokok di tahun itu, yaitu mencapai 358, 361 miliar batang (kebayang gak kalau satu batangnya dihargain Rp 1000?). Pendapatan cukai sebesar Rp 12,9 triliun hanya dua persennya didapatkan dari luar produk tembakau. Dengan kata lain, 98% cukai itu dapatnya dari rokok!

Jumlah itu memang gak semuanya dari rokok kretek. Persentase produksi rokok Djarum, misalnya, tidak sampai 20% dari jumlah 300 milyar lebih batang rokok itu. Tapi, tahu gak kalau Selena Gomez aja pegangnya rokok Djarum?

BBC pernah mengupas sejarah singkat industri rokok modern. Produksi rokok yang dilinting dan dijilat (tradisional) berubah menjadi masif dengan produksi lewat mesin. Salah satu ahli sejarah yang diwawancara , Robert Proctor dari Universitas Stanford, menyebutkan bahwa rokok modern adalah artefak mematikan dari abad ke-20. Karena rokok-rokok yang diproduksi masal ini dicampur dengan zat-zat kimia agar bisa tetap lembab.

Sedangkan anggota DPR kita sepertinya ingin menjaga sisi tradisional dari kretek. Kata ‘Kretek Tradisional’ masuk dalam pasal 37 RUU Kebudayaan dengan penjelasan:

“Yang dimaksud dengan “kretek tradisional” adalah Produk Tembakau yang dibuat dari bahan baku yang ditanam di Indonesia berupa tembakau rajangan dan cengkeh atau rempah-rempah yang dibungkus dengan cara dilinting tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu dan merupakan ciri khas Indonesia,” seperti yang dikutip Detik.

Kalau kretek akhirnya masuk dalam UU Kebudayaan, maka kretek Indonesia itu bukan produk-produk yang ada di warung, toko, kafe, resto, dlsb.. itu mah rokok yang dipegang sama Selena Gomez atau kita bisa sebut K(r)etek Gomez.

Share your thoughts

You may be interested

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Viral
0 shares26567 views
Viral
0 shares26567 views

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian

Batok.co - Nov 30, 2018

Selamat jalan Stephen Hillenburg.

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Viral
0 shares7345 views
Viral
0 shares7345 views

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)

Batok.co - Nov 29, 2018

“Ngapa lu loncat lontong!”