Gorilla, belum jadi narkoba tapi bakalan tetap kena razia

Foto: Coconuts Jakarta

Awal tahun ini kita dengar tentang beredarnya Tembakau Super Cap Gorilla yang punya efek halusinasi seketika dihisap. Sebetulnya sih sampai sekarang belum ada payung hukum yang jelas menyatakan Tembakau Gorilla sebagai narkotika. Tapi pihak kepolisian sudah menyiapkan dasar hukum untuk mempidanakan penjualnya.

Tembakau Gorilla jadi populer di Jakarta, khususnya saat Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) belum memasukkannya dalam kategori zat berbahaya.

Sekarang BNN sudah menemukan adanya zat narkotika baru, bernama Cannabinoids Sintesis, yang terkandung di dalam Tembakau Gorilla. Tapi zat sintesis ini adalah salah satu dari 36 zat narkotika baru yang juga belum masuk Undang-undang Narkotika.

Walau belum secara hukum dikategorikan sebagai narkotika, pihak kepolisian tetap berusaha untuk mengakhiri peredaran Tembakau Gorilla dengan menggunakan dasar undang-undang yang tidak berkaitan dengan pengedaran narkotika.

“Itu termasuk peredaran gelap, proses peredarannya ini yang bermasalah, dikeluarkan dengan tidak melalui ahli atau dunia farmasi dapat dipidana,” kata Wakasat Narkoba Polres Jaksel Kompol, Agung Yudha Agung seperti dikutip di Metro TV Rabu (07/10) kemarin.

Agung juga menambahkan bahwa polisi tidak segan untuk melakukan razia apabila peredaran Tembakau Gorilla ini terus berlanjut, khususnya di kalangan mahasiswa yang selama ini menjadi konsumen terbesar.

Harga Tembakau Gorilla ini ada di kisaran Rp 350–400 ribu satu bungkusnya (yang kira-kira sebanyak 10 gram), dan biasanya di jual di sosial media seperti Twitter dan Instagram.

Pada bulan Mei lalu, polisi sempat menangkap pengguna Tembakau Gorilla. Tapi ia terpaksa dilepaskan karena tidak ditemukan zat yang dikategorikan sebagai narkotika di hasil tes urin si pengguna. Padahal pihak kepoilisian sudah melakukan penelitian dengan mencoba langsung tembakau ini dan memang diakui bikin keleyengan.