Joey Alexander, maestro jazz Indonesia berusia 12 tahun, masuk nominasi Grammy Awards 2016
Kita begitu bangga saat mengetahui ada child prodigy musik jazz yang berasal dari Bali, Josiah āJoeyā Alexander Sila.
Apalagi kini album debut Joey yang dibuatnya saat berusia 11 tahun, āMy Favorite Thingsā, berhasil masuk nominasi di ketegori āBest Jazz Instrumental Albumā di ajang penghargaan musik paling bergengsi di dunia, Grammy Awards.
Improvisasi Joey terhadap karya legenda jazz, John Coltrane, āGiant Stepsā, juga membawa Joey masuk nominasi untuk meraih piala Grammy dalam kategori āBest Improvised Jazz Soloā.
Dengan pencapaian ini, Joey bersanding dengan nama-nama besar seperti āKing of Popā Michael Jackson dan musisi country pop LeAnn Rimes yang juga masuk nominasi di usia dini.
Lewat laman Facebook, Joey mengucap syukurnya atas dua nominasi di Grammy Award.
Bila menang, Joey akan menjadi musisi solo termuda yang mendapatkan penghargaan, melengserkan rekor LeAnn Rimes yang berhasil membawa piala Grammy di usia 14 tahun.
Joey lahir pada tanggal 25 Juni 2003. Kecintaannya terhadap jazz ditularkan oleh orang tuanya, khususnya sang ayah, Denny Sila, yang mengumpulkan berbagai karya Thelonious Monk.
Saat berusia enam tahun, Joey dibelikan mini keyboard oleh Denny yang juga suka memainkan piano.
Setelah diajarkan beberapa dasar piano oleh sang ayah, Joey secara otodidak memainkan karya Thelonious Monk yang sering didengarnya.
Gak lama kemudian, Joey sudah bisa jamming dengan musisi-musisi jazz di Bali. Orang tuanya pun sadar bahwa sang anak memiliki anugerah yang luar biasa di musik jazz.
Keluarga Sila pun hijrah ke Jakarta untuk bisa memaksimalkan potensi bermusik Joey.
Saat usia 8 tahun, bocah jenius ini menunjukkan kehebatannya memainkan piano di berbagai event jazz di Jakarta.
Setahun kemudian, saat usianya 9 tahun, Joey menjadi finalis Master-Jam Jazz Festival 2013 di Odessa, Ukraina, dengan improvisasi āSonrisaā, karya musisi jazz legendaris Herbie Hancock.
Wynton Marsalis, director of jazz di pentas Lincoln Center di New York, langsung tertarik dengan Joey setelah menonton video si whiz-kid memainkan komposisi John Coltrane dan Monk.
Wynton pun mengundang Joey ke New York untuk bermain di acara tahunan Lincoln Center.
Wynton begitu terpukau dengan permainan Joey dan berkata kepada Associated Press bahwa pemahaman, cara bermain, dan ritme yang dibuat Joey adalah sesuatu yang dia pikir gak akan bisa dilakukan oleh seorang anak berusia 11 tahun.
Joey muncul sebagai bintang baru di dunia jazz dan menarik perhatian musisi-musisi New York setelah penampilannya di Lincoln Center.
Pemerintah Amerika pun dengan sigap melayangkan visa O-1 (visa bagi āindividu dengan keterampilan luar biasaā) untuk Joey dan keluarganya, agar Joey bisa membangun karir musik di New York.
Kekaguman para ahli terhadap Joey bukan hanya karena kehebatannya memainkan piano. Mereka juga kagum dengan dedikasi Joey kepada musik jazz yang timbul dari kecintaannya terhadap genre itu.
āI am still learning, everyday. But thatās music. You have to keep doing what you do,ā ujar Joey.
Bagi Joey, jazz adalah sebuah panggilan hidup. Ia merasa bebas mengekspresikan diri secara spontan, penuh improvisasi dan penuh ritme melalui jazz.
Kisah pencapaian Joey telah menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi kita bahwa talenta yang terus dilatih dan didukung oleh keluarga dan bahkan negara (sayangnya bukan negara kita), bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Semoga Joey berjaya di perhelatan Grammy Awards pada 15 Februari 2016 mendatang, dan terus mengharumkan nama Indonesia lewat alunan musiknya yang indah.
You may be interested
Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Batok.co - Nov 30, 2018Selamat jalan Stephen Hillenburg.
Netizen heboh, kaki burung hantu ternyata jenjang banget
Batok.co - Nov 29, 2018WOW!
Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Batok.co - Nov 29, 2018āNgapa lu loncat lontong!ā