Dunia internasional menyoroti praktek pasung bagi orang dengan gangguan jiwa di Indonesia

Video dokumenter dari Human Rights Watch di atas menggambarkan perlakuan terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang begitu memilukan. Praktek pasung, mengikat dan mengurung ODGJ di dalam ruangan masih digunakan sebagai bagian dari terapi dan dianggap lazim di Indonesia.

Dalam video juga dipaparkan bahwa sesungguhnya pemasungan sudah dilarang di negara ini semenjak tahun 1977. Undang-undang no 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa juga dengan jelas melarang pemasungan, penelantaran, dan segala bentuk kekerasan terhadap ODGJ dengan adanya sanksi pidana bagi yang melanggarnya.

Ironisnya, pemasungan justru masih terjadi di panti-panti rehabilitasi yang diakui oleh Kementerian Sosial.

Direktur Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan di Kementerian Sosial, Nahar, mengatakan pada AFP bahwa pemerintah menyadari kenyataan masih berlangsungnya praktek pasung bagi ODGJ. Walaupun negara sudah jelas melarang, namun ada ketakutan yang menjadi tantangan dalam menghapuskan praktek pasung.

“Masalah utamanya adalah ketakutan dengan membayangkan apa bisa terjadi bila pasung itu dilepaskan,” kata Nahar.

Tapi, aktivis sosial, Yeni Rosa Damayanti, di video atas justru menilai pemasungan terjadi karena tidak adanya pilihan lain yang disediakan oleh pemerintah.

Peneliti Human Rights Watch (HRW) yang mewawancarai para ODGJ juga menegaskan bahwa mereka selalu mendapatkan jawaban yang serupa saat menanyakan pengalaman mereka dengan pemasungan.

“Tidak boleh lagi ada praktek pasung di 2016 ini… orang-orang ini terus memberitahu kami bahwa rasanya itu seperti berada di neraka,” kata Kriti Sharma, peneliti HRW kepada AFP.

Menurut ahli jiwa, pemasungan justru memperparah kondisi psikis dan juga fisik penderita. Otot-otot akan mengecil, asupan gizi akan memburuk, dan juga akan menimbulkan pengalaman traumatik bagi ODGJ.