Pasang spanduk “Muslim Dilarang Masuk”, syarat restoran di Pekanbaru tetap buka selama Ramadan

Setiap tahun selama bulan Ramadan di Indonesia, selalu terjadi perbincangan soal bisnis-bisnis tertentu seperti restoran, yang dianggap harus tutup atau membatasi jam operasionalnya demi menghormati umat Islam yang berpuasa.

Ada yang tetap buka namun menutup jendelanya dengan tirai, ada juga yang pemerintah setempatnya melarang warung makan untuk buka di siang hari, sekaligus merazia mereka. Belum lagi sweeping-sweeping sepihak yang kadang terjadi, dilakukan oleh ormas-ormas tertentu.

Namun yang terjadi di Pekanbaru, Riau, tergolong unik. Bagi kamu yang Muslim, jangan tersinggung kalau kamu menemukan restoran memasang spanduk bertuliskan “RESTORAN/RUMAH MAKAN NON-MUSLIM, BAGI UMAT MUSLIM DILARANG MASUK,” di sana.

Restoran-restoran berlabel “non-Muslim” (mungkin maksudnya yang menyajikan makanan non halal, atau pemiliknya tidak beragama Islam) tersebut memasang spanduk untuk memenuhi syarat dari Pemkot setempat, sebagai izin operasional bila ingin buka di siang hari selama Ramadan. Sementara restoran “Muslim”, diizinkan buka dari jam 4 sore hingga waktu Imsak tiba.

“Angkanya terus bertambah seiring waktu, hingga kemaren sudah 135 izin rumah makan dan restoran nonmuslim yang kami terbitkan,” kata Kepala Badan Pelayanan Terpadu Penanaman Modal Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru M. Jamil, dikutip dari Antara.

Patut diapresiasi, tujuan pemasangan spanduk tentu sebagai bentuk toleransi, sebagai cara menghormati Muslim yang berpuasa sekaligus umat beragama lain yang tidak. Tapi di sisi lain, bukankah beragama adalah urusan pribadi seseorang dengan Tuhannya?